Friday, October 15, 2010

Reflection

Mama had always said,
"This girl (referring to me) really can't be forced to do what she doesn't want to do".

"It may be you dislike a thing which is good for you and that you love a thing which is bad for you. Allah knows while you know not" (Al - Baqarah 2:216)

I reflected upon that verse a number of times.
I read it once then I read it twice and I read it again.
Perhaps I was afraid to do what I disliked for I'm afraid...
that it'd be hard...and I might screw up...
and I'll end up in despair.

I guess I forgot these verses in the holy al-Quran....

"And never give up hope of Allah's mercy. Certainly no one despairs of Allah's mercy, except the people who disbelieve" (Yusuf 12:87)

"Be not sad (or afraid), surely Allah is with us" (At-Taubah 9:40).

When I was being tested with hardship I never could imagine...
(well i wish i handled things differently
)
I survived the pain...
When another hardship came, history just repeats itself.

I guess I forgot...again
Allah does not place a burden more than one can bear
and I believe I should have remembered Him.

"Therefore remember Me and I will remember you..." (2:152).

"O' you who believe! Seek help in patience and the prayer" (2:153).

"Verily, in the remembrance of Allah do hearts find rest" (13:28).

"Invoke Me (ask me for anything) I will respond to your invocation" (40:60).

There's always light at the end of every tunnel.
"Allah will grant, after hardship, ease" (65:7)
Hardships benefit the believer. The best thing to do is to be patient while going through it (usaha) and remember Allah (doa & tawakkal).

'Aishah (RA) narrated that once some pain afflicted the Prophet (SAW) causing him to suffer and turn about in his bed. she said: "Had one of us done this, you would have blamed him." He (SAW) replied: " An ailment is intensified for the righteous. whenever a believer is afflicted by a hardship, whether it is a thorn or more, a sin is taken off from him because of it, and he is elevated by one rank (in Jannah). " [Ahmad]

and then I ask myself..
what have I done before in times of sorrow?

why search for a wrong shoulder to cry on
while there's sejadah to sujud on to Allah and cry
why ponder upon all the "If and only if...."s
while you could've prayed and seek help from Allah
why sing sad songs when having a bad day
while there's al-Quran to read which could bring peace to the heart
why try so hard to find short-lasting happiness
while patience would lead to the eternal one

Now I know why old people often say "I wish I could tell myself 20 years ago the things that I know now. I would've avoid that mistake".

I thought of all these, I thought of giving a change a chance and I thought if I write it in this external hard disk for my brain, I can read it again when I forgot.I found this one particular sentence from a post in a forum and I guess I can end my post with it =) :
“When light engages the heart, It causes an illumination of the path, A purification of the consciousness, An enlightenment of the intellect and an establishment of the foundations of Dhikr and Shukr and of beautiful worship..."

Sunday, October 10, 2010

Mampukah kita mencintai tanpa syarat?

from the note my sis tagged me in :

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya-- karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing-- Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu 'agar semua anaknya dapat berhasil'.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.

"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku...Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa....disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...” Sambil menangis

" Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..."BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".

Sunday, October 3, 2010

bicara yang akhirnya useless

Hati tanya sama akal, "Bagaimana kau nak jaga aku?".

Akal pun list down segala cara yang ada...

Hati pun berbunga-bunga.
Dan seraya berkata, "Praktikkannya!".

Akal cuba memproses data.
Kemudian stuck.
Macam syntax error kat dalam calculator.

Kemudian segalanya berjalan seperti biasa.