Entah mengapa, air mata jadi cukup murah saat menonton ini. *okayhabishilangmachotapitakapalah*
Masha-Allah. Kasihnya Rasulullah saw kepada umatnya.
Saat Baginda hampir wafat, "Ummati, ummati, ummati" yang disebut. Bukan "nafsi" or whatever but "Ummati" which include us whom he never met. And do we remember him?
And there was once Rasulullah asked para sahabat "Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisiNya?". And so they guessed - the angels, the prophets, them. But none of the guesses were correct. Rasulullah answered in tears - "Mereka adalah insan-insan yang lahir jauh setelah wafatku tapi mereka begitu mencintai Allah, mereka begitu mencintaiku, maka sahabat, saksikanlah, aku juga begitu rindu kepada mereka, mereka itulah ummatku."
Subhanallah, Rasulullah misses us.
Saat Baginda hampir wafat, "Ummati, ummati, ummati" yang disebut. Bukan "nafsi" or whatever but "Ummati" which include us whom he never met. And do we remember him?
And there was once Rasulullah asked para sahabat "Tahukah kalian siapakah hamba Allah yang paling mulia disisiNya?". And so they guessed - the angels, the prophets, them. But none of the guesses were correct. Rasulullah answered in tears - "Mereka adalah insan-insan yang lahir jauh setelah wafatku tapi mereka begitu mencintai Allah, mereka begitu mencintaiku, maka sahabat, saksikanlah, aku juga begitu rindu kepada mereka, mereka itulah ummatku."
Subhanallah, Rasulullah misses us.
And it's Rasulullah who would be asking Allah to save us on the day when we have to cross titian sirat. It's Rasulullah who would be saying "Allah. Selamatkanlah umatku. Selamatkanlah umatku". Rasulullah would wait for the last person of his ummat to enter jannah? And do we remember him?
Pernah sekali aku hadir majlis ilmu dan yang dibicarakan hari itu tentang Rasulullah saw. Ukhti yang berbicara dihadapan itu bertanya, "Siapa tahu wajah Rasulullah tu bagaimana? Siapa tahu kening Rasulullah bagaimana? Janggut Rasulullah?." Dan aku terdiam. Cuma tahu satu riwayat yang mengatakan wajah Rasulullah kelihatan seolah bercahaya. Kan? Yang lain? Entah. Cara Rasulullah ketawa? Cara Rasulullah makan? Apa yang Rasulullah suka? Entah. Kata ukhti itu lagi, berbunyi lebih kurang sebegini, "Kita kata kita cinta Rasulullah saw, bagaimana kita tidak tahu perihal tentang insan yang kita cinta?." Masha-Allah. Kelopak mata ketika itu seperti sebuah empangan dalam hujan, semakin penuh, semakin penuh. Aku jadi tertanya pada hati, dimana Rasulullah saw disisimu. Aku jadi tertanya pada bibir, berapa kali selawatmu kepada Rasulullah saw. Aku jadi tertanya pada diri, berapa sunnahnya yang kamu ikuti selama 20 tahun hidup ini. Astaghfirullahalazim.
Dan menonton ceritera ringkas ini juga menghadirkan sepelangi rasa dalam jiwa. Aku guna 'sepelangi' kerana pelangi banyak warna. Begitu juga rasa hati aku, pelbagai ada. Ada babak yang cukup menusuk rasa. Rasanya tidak perlu aku ceritakan kenapa. Yang mengerti cerita, kalian pasti tahu jawapannya. Dan itu sebab kedua mengapa air mata jadi cukup murah benar sepanjang menonton cerita.
Pernah sekali aku hadir majlis ilmu dan yang dibicarakan hari itu tentang Rasulullah saw. Ukhti yang berbicara dihadapan itu bertanya, "Siapa tahu wajah Rasulullah tu bagaimana? Siapa tahu kening Rasulullah bagaimana? Janggut Rasulullah?." Dan aku terdiam. Cuma tahu satu riwayat yang mengatakan wajah Rasulullah kelihatan seolah bercahaya. Kan? Yang lain? Entah. Cara Rasulullah ketawa? Cara Rasulullah makan? Apa yang Rasulullah suka? Entah. Kata ukhti itu lagi, berbunyi lebih kurang sebegini, "Kita kata kita cinta Rasulullah saw, bagaimana kita tidak tahu perihal tentang insan yang kita cinta?." Masha-Allah. Kelopak mata ketika itu seperti sebuah empangan dalam hujan, semakin penuh, semakin penuh. Aku jadi tertanya pada hati, dimana Rasulullah saw disisimu. Aku jadi tertanya pada bibir, berapa kali selawatmu kepada Rasulullah saw. Aku jadi tertanya pada diri, berapa sunnahnya yang kamu ikuti selama 20 tahun hidup ini. Astaghfirullahalazim.
Dan menonton ceritera ringkas ini juga menghadirkan sepelangi rasa dalam jiwa. Aku guna 'sepelangi' kerana pelangi banyak warna. Begitu juga rasa hati aku, pelbagai ada. Ada babak yang cukup menusuk rasa. Rasanya tidak perlu aku ceritakan kenapa. Yang mengerti cerita, kalian pasti tahu jawapannya. Dan itu sebab kedua mengapa air mata jadi cukup murah benar sepanjang menonton cerita.
Adakala aku rasa alangkah indah jika aku mampu mencoret pengakhiran kisahku seperti mencipta babak akhir sesebuah cerita. Tapi Allah Maha Kuasa dan kepadaNya lah kembali segala urusan. Dia lebih tahu apa yang lebih baik. Realitinya, tidak semua kisah berakhir seperti ceritera yang manusia cipta. Maha Suci Tuhan yang membolak-balikkan hati, hati manusia ini Dialah yang pegang. Dialah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Kemampuan kita, usaha, doa dan tawakkal.
Apapun jalan kehidupan yang kita pilih, semoga husnul khatimah yang menanti diakhirnya.
Semoga Allah memberkati.
No comments:
Post a Comment